Dalam rangkaian kegiatan Madrasah Intelektual 2010 yang diadakan Maahad Sunan Ampel al-‘Ali UIN Maliki Malang, Seminar Sholat Khusyuk menghadirkan Prof Dr H Moh Sholeh, Drs MPd PNI, yang berhasil menarik perhatian luar biasa dari segenap civitas akademika MSAA.
Kegiatan seminar yang dilaksanakan pada Senin (22/2) di Masjid At-Tarbiah kampus ini diadakan dalam rangka menanamkan nilai-nilai intelektual, relegius, dan profesional di kalangan Mahasantri.
Ustad Roibin selaku Pengasuh MSAA, ketika memberikan sambutan, menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini diharapkan tercapainya integrasi antara sains dan agama. Seperti pernyataannya, “Saya sangat berharap kegiatan Seminar Sholat khusyuk ini, bisa benar-benar menjadi media integrasi agama dan sains.”
Dia juga sekilas mengisahkan bagaimana gelar doktor ilmu kedokteran digapai Profesor Sholeh melalui disertasi terapi salat tahajud, juga kehebatan narasumber yang menyelesaikan S3 kedokteran selama 2,5 tahun di Unair Surabaya.
Dalam seminar, materi diawali dengan keistimewaan salat tahajud yang dijelaskan sebagai solusi kehidupan yang luar biasa.
Profesor yang didatangi puluhan pasien tiap hari ini menuturkan bahwa perasaan senang, tenang, dan gembira itu berpengaruh pada fisik.
Hal tersebut dikaitkannya dengan kisah Syaidina ‘Ali r.a yang terkena panah saat berperang, “Ali meminta dicabut panah tersebut dalam salatnya, karena dengan begitu ia tidak akan merasakan sakit.”
Ternyata kekhusyukan salat bisa memengaruhi otak penyebar rasa sakit (stressor). Salat khusyuk dapat memengaruhi saraf stressor, sebagai saraf penyebar rasa sakit. Yang perlu digaris bawahi, salat khusyuk bisa menciptakan rasa senang dan tenang tersebut. Seperti pengalaman seorang pasien kanker hati dari Jombang, yang sembuh setelah menjalani terapi Salat Tahajud khusyuk selama seminggu.
Pendiri Rumah Sehat di Kediri yang sekaligus pernah mempresentasikan teorinya mengenai terapi salat Tahajud di Havard University of Amerika ini, diselingi humor menjelaskan, metode salat Tahajud khusyuk hasil disertasi kedokterannya, ulasnya, “untuk salat tahajud secara khusyuk, mulailah menata niat secara utuh, dilanjutkan rukun salat tahajud pada umumnya, bedanya ada sesi berdiam dalam doa yang panjang tiap gerak dan bacaannya, serta bacaan surat al-Insyiroh pada rakaat pertama dan ayat kursi pada rakaat kedua.” “Salat itu yang penting bukan kuantitas, tetapi koneksitas.”
pukul 23.30 acara Seminar ditutup, dilanjutkan esoknya, jam 02 .00 wib, untuk sesi praktik terapi salat Tahajud secara khusyuk. Walau suasana gelap pagi yang dingin, peserta praktik salat tahajud tetap bersemangat hingga usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar